Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 31:1-9
Matthew Henry: Ams 31:1-9 - --
Pasal ini ditambahkan kepada amsal-amsal Salomo, sebab, menurut dugaan sebagian orang, amsal ini ditulis oleh orang yang sama, dengan anggapan bahw...
- Pasal ini ditambahkan kepada amsal-amsal Salomo, sebab, menurut dugaan sebagian orang, amsal ini ditulis oleh orang yang sama, dengan anggapan bahwa Raja Lemuel adalah Raja Salomo. Ada pula yang berpikir pasal ini ditambahkan karena memiliki ciri yang sama meskipun ditulis oleh orang lain bernama Lemuel. Mana pun yang benar, pasal ini merupakan nubuatan, dan oleh sebab itu diberikan melalui pengilhaman dan tuntunan Allah kepada Lemuel saat ia menuliskannya dalam bentuk amsal ini, seperti yang disampaikan kepadanya oleh ibunya. Di sini terdapat,
- I. Nasihat kepada Lemuel, seorang raja muda, supaya berhati-hati dengan dosa-dosa yang akan menggodanya, dan untuk mengerjakan kewajiban-kewajiban tugas yang menjadi panggilan baginya (ay. 1-9).
- II. Gambaran tentang perempuan yang cakap, terutama sebagai istri dan ibu rumah tangga. Ibunda Lemuel mengangkat hal ini bukan sebagai pujian kepada diri sendiri, meskipun tidak perlu disangsikan lagi bahwa gambaran itu juga menggambarkan dirinya sendiri, melainkan sebagai nasihat kepada anak-anak perempuannya, sama seperti ayat-ayat sebelumnya ditujukan kepada putranya. Atau, nasihat ini juga bisa ditujukan kepada putranya dalam memilih seorang istri. Perempuan itu haruslah murni dan sederhana, rajin dan hemat, taat kepada suaminya, memperhatikan keluarganya, bijaksana dalam percakapan dan pendidikan anak-anaknya, dan di atas segalanya, setia dalam melaksanakan kewajiban terhadap Allah. Istri seperti ini, jika putranya dapat menemukannya, akan membuatnya bahagia (ay. 10-31).
Nasihat-nasihat untuk Lemuel dari Ibunya (31:1-9)
- Kebanyakan penafsir berpendapat bahwa Lemuel adalah Salomo. Nama ini berarti orang yang diperuntukkan bagi Allah atau dikhususkan bagi Allah. Oleh karena itu, nama ini cukup sesuai dengan nama terhormat yang melalui ketetapan ilahi telah diberikan kepada Salomo (2Sam. 12:25), Yedija – yang dikasihi Tuhan. Lemuel adalah nama yang bagus, menyenangkan, dan panggilan sayang, yang digunakan ibunya untuk memanggil dia. Ia begitu menghargai dirinya yang mendapat kasih sayang ibunya yang besar hingga tidak malu menyebut dirinya dengan nama itu. Orang akan cenderung berpendapat bahwa Salomolah di sini yang mengatakan kepada kita tentang apa yang diajarkan ibunya kepadanya karena ia juga mengatakan kepada kita (4:4) perihal apa yang diajarkan ayahnya kepadanya. Namun, ada juga yang berpendapat (dan penafsirannya tidaklah mustahil) bahwa Lemuel adalah seorang raja dari negara tetangga, yang mempunyai ibu dari bangsa Israel, mungkin dari keturunan Daud, dan mengajarkan kepadanya pelajaran-pelajaran yang baik ini.
- Perhatikanlah:
- 1. Sudah menjadi tugas para ibu dan ayah untuk mengajarkan hal-hal yang baik kepada anak-anak mereka, supaya mereka melaksanakannya. Juga tentang hal-hal yang jahat, supaya mereka menghindarinya. Ketika masih kecil dan lemah, anak-anak itu lebih banyak berada di bawah pengawasan sang ibu, yang dengan demikian memiliki kesempatan untuk membentuk dan menata pikiran mereka juga, yang tidak boleh dibiarkannya menyimpang.
- 2. Bahkan raja-raja sekalipun harus diajar. Orang-orang besar pun lebih rendah daripada ketetapan-ketetapan Allah.
- 3. Orang-orang yang sudah dewasa harus sering mengingat dan menyebut nasihat-nasihat baik yang mereka terima ketika mereka masih kecil, untuk mengingatkan diri sendiri, mendidik orang lain, dan untuk menghormati mereka yang telah menjadi pembimbing mereka di masa muda.
- Nah, amatilah di dalam pengajaran yang diberikan sang ibu (ibunda raja),
- I. Peringatan yang diberikannya kepada raja muda itu untuk menyita dan menggugah perhatiannya kepada apa yang hendak dikatakannya (ay. 2): “Apa yang akan kukatakan, anakku? Apa yang akan kukatakan kepadamu?” Ia berbicara seolah-olah sedang mempertimbangkan nasihat yang hendak diberikannya kepada anaknya, dan memilih kata-kata untuk meyakinkannya. Ia begitu penuh perhatian terhadap kesejahteraannya! Atau:Apakah ini yang kaulakukan? Pertanyaan ini sepertinya bernada menegur. Sang ibu mengamati anaknya ketika ia masih muda, bahwa ia sudah terlampau menyukai perempuan dan anggur. Oleh sebab itu ia menganggap perlu untuk mengingatkan dia akan kewajibannya dan menangani dia dengan tegas. “Apa yang akan kukatakan anakku? Inikah jalan hidup yang hendak kau lalui? Apakah aku tidak mengajarkan hal-hal yang lebih baik daripada itu? Aku harus menegurmu, menegurmu dengan keras, dan kau harus menerimanya dengan sungguh-sungguh, karena,”
- 1. “Engkau adalah keturunanku. Engkau adalah anak kandungku, dan oleh sebab itu, apa yang kukatakan berasal dari kewibawaan dan kasih sayang orangtua yang tidak dapat dianggap berasal dari maksud jahat. Engkau adalah bagian dari diriku. Aku mengandungmu dengan susah payah. Aku tidak mengharapkan apa pun sebagai pengganti rasa sakit yang kuderita dan kujalani untukmu, selain hal ini, Jadilah bijak dan baik, maka aku telah dibalas dengan baik.”
- 2. “Engkau telah dikhususkan bagi Allah-ku. Engkau adalah anak nazarku, anak yang kuminta dari Allah, yang telah kujanjikan untuk memberikannya kembali kepada Allah dan telah kulakukan” (demikian pulalah Samuel telah dinazarkan oleh Hana). “Engkau adalah anak yang sering kudoakan supaya Allah memberikan kasih karunia-Nya kepadamu (Mzm. 72:1). Akankah anak yang sudah didoakan sesering itu menyimpang? Akankah semua pengharapanku tentang dirimu dikecewakan?” Anak-anak yang melalui baptisan diserahkan kepada Allah, bagi siapa dan dengan nama siapa kita membuat perjanjian dengan Allah, boleh disebut anak nazar. Sama seperti hal ini dapat dijadikan permohonan kepada Allah dalam doa-doa kita bagi mereka, begitu pula hal ini dapat menjadi permintaan kita kepada mereka melalui nasihat-nasihat yang kita berikan kepada mereka. Kita bisa mengatakan kepada mereka bahwa mereka telah dibaptis, bahwa mereka adalah anak nazar kita, dan sungguh berbahaya apabila mereka terputus dari pertalian yang telah dijalin dengan khidmat ketika mereka masih kecil.
- II. Peringatan yang diberikan sang ibu kepadanya mengenai dua dosa yang mampu menghancurkannya, yakni kenajisan dan kemabukan, yang jika dibiarkannya menguasai dirinya, pasti akan menjadi kehancurannya.
- 1. Terhadap kenajisan (ay. 3): Jangan berikan kekuatanmu kepada perempuan, yakni perempuan asing. Dia tidak boleh bersikap lemah seperti perempuan, ataupun membuang-buang waktu dalam percakapan sia-sia dengan perempuan-perempuan, karena waktu seharusnya digunakan untuk menimba ilmu dan menjalankan kegiatan. Ia juga tidak boleh menggunakan akalnya (yang merupakan kekuatan jiwa) untuk menggoda dan memuji mereka, karena akal budi seharusnya digunakannya untuk menjalankan pemerintahannya. “Terutama jauhilah segala macam perzinahan, percabulan, dan hawa nafsu yang menghamburkan kekuatan tubuh dan menyebabkan penyakit-penyakit berbahaya. Jangan berikan jalanmu, cintamu, perilakumu, kepada perempuan-perempuan yang membinasakan raja-raja. Perempuan yang telah menghancurkan begitu banyak orang hingga mengacaukan kerajaan, bahkan kerajaan Daud sendiri, berkaitan dengan Uria. Biarlah penderitaan orang lain menjadi peringatan bagimu.” Kenajisan merendahkan martabat raja-raja dan membuat mereka jahat. Pantaskah mereka yang menjadi budak hawa nafsu memerintah orang lain? Kenajisan membuat mereka tidak layak menjalankan tugas itu, dan memenuhi istana mereka dengan nafsu binatang yang paling rendah dan buruk. Para raja terpapar kepada godaan-godaan semacam ini yang digunakannya untuk memuaskan kesenangan sehingga harus menanggung tuntutan dosa itu. Oleh sebab itu mereka harus meningkatkan kewaspadaan, dan apabila mereka hendak melindungi rakyat mereka dari roh najis, mereka sendiri harus menjadi teladan kesucian. Orang-orang dengan kedudukan lebih rendah pun dapat menerapkan nasihat itu bagi diri mereka. Janganlah seorang pun memberikan kekuatan mereka kepada perempuan-perempuan yang membinasakan jiwa.
- 2. Terhadap kemabukan (ay. 4-5). Ia tidak boleh meminum anggur atau minuman keras dengan berlebihan. Ia tidak pernah boleh duduk untuk minum-minum seperti yang pernah mereka lakukan pada pesta raja mereka, ketika mereka membuat sakit para pemuka dengan anggur (Hos. 7:5). Sebesar apa pun godaan yang mungkin dihadapinya karena kelezatan anggur atau pesona mereka yang menemaninya, ia harus menyangkal diri dan bertekad untuk tidak mabuk, mengingat,
- (1) Betapa tidak pantasnya seorang raja menjadi mabuk. Meskipun ada yang menyebutnya sebagai kegiatan dan hiburan yang layak sesuai dengan perkembangan zaman, itu tidaklah pantas bagi raja, hai Lemuel! Tidaklah pantas bagi raja untuk mengambil kebebasan itu. Itu adalah penghinaan terhadap martabat mereka, dan mencemarkan mahkota mereka dengan membuat pusing kepala yang mengenakannya. Hal itu bisa menurunkan derajat mereka sebagai laki-laki, dan selanjutnya menggoyahkan kedudukan mereka sebagai raja. Kalau raja sudah mabuk, masih layakkah kita menyebut,Kamu adalah allah ? Tidak, mereka bahkan lebih buruk daripada hewan yang dibinasakan. Semua orang Kristen telah dibuat menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, dan karena itu mereka harus menerapkan hal ini kepada diri sendiri. Tidaklah pantas bagi orang Kristen meminum anggur dengan berlebihan. Mereka akan merendahkan derajat sendiri jika melakukannya. Hal ini akan berakibat buruk bagi para pewaris kerajaan dan para imam rohani (Im. 10:9).
- (2) Akibat buruk dari kemabukan (ay. 5): jangan sampai karena minum ia melupakan apa yang sudah ia pahami dan ingat. Jangan sampai ia minum dan melupakan apa yang telah ditetapkan sebagai hukum untuk ia laksanakan. Demikianlah, dengan kekuasaan yang mereka miliki, mereka bukannya berbuat baik melainkan menyakiti orang lain. Mereka membengkokkan atau mengubah hak orang-orang yang tertindas. Bukannya memperlakukan orang-orang itu dengan benar, mereka justru berbuat jahat hingga menambah penderitaan mereka. Sungguh menyedihkan keluhan yang disampaikan perihal para imam dan nabi (Yes. 28:7), yakni bahwa mereka pening karena anggur, dan pusing karena arak sampai berbuat tidak benar dan menyimpang. Dampak yang sama buruknya juga akan terjadi terhadap raja-raja, yang ketika mabuk atau ketagihan anggur, pasti akan membuat penghakiman yang salah. Para hakim harus mampu berpikir dengan jernih, dan ini tidak bisa dilakukan orang-orang yang begitu sering membuat pening diri sendiri hingga tidak mampu mengadili hal-hal yang paling biasa sekalipun.
- III. Nasihat yang diberikan sang ibu kepadanya supaya berbuat baik.
- 1. Ia harus berbuat baik dengan kekayaannya. Orang-orang besar tidak boleh berpikir bahwa kekayaan mereka yang melimpah itu hanyalah supaya mereka bisa merawat tubuh untuk memuaskan keinginan , dan lebih bebas lagi untuk mengerjakan tabiat mereka. Bukan begitu, tetapi supaya dengan kekayaan itu mereka dapat meringankan penderitaan orang yang susah (ay. 6-7). “Anggur atau minuman keras ada dalam penguasaanmu. Karena itu, daripada mencelakai diri sendiri dengan minuman itu, lebih baik engkau berbuat baik kepada orang lain dengannya.” Biarlah orang yang membutuhkan, mendapatkannya. Orang-orang yang memiliki sarana janganlah hanya memberikan roti kepada mereka yang lapar dan air kepada mereka yang haus, melainkan juga minuman keras kepada orang yang akan binasa karena penyakit atau kepedihan dan anggur kepada yang murung dan susah hati. Sudah menjadi kewajiban kita untuk menghibur dan menyegarkan semangat, serta menyukakan hati (apabila memang dibutuhkan), bukannya membebani dan mematahkan semangat pada waktu hal itu tidak perlu dilakukan. Kita harus menyangkali diri dari pemuasan indra supaya masih ada sarana yang tersisa untuk meringankan penderitaan orang lain. Dengan begitu, kita bisa bergembira saat melihat kelimpahan dan kelebihan kita sungguh-sungguh menjadi kebaikan saat diberikan kepada orang lain dan tidak menjadi kerugian bagi kita. Biarlah mereka yang akan binasa minum secukupnya, dan minuman itu akan menjadi sarana untuk menyegarkan semangat yang sudah lesu supaya mereka bisa melupakan kemiskinannya untuk sementara waktu dan tidak lagi mengingat kesusahannya. Dengan demikian mereka akan lebih mampu menanggung kesusahan mereka. Orang Yahudi berkata bahwa berdasarkan ayat inilah mereka terbiasa memberikan minuman yang mampu membius kepada para tahanan yang hendak menjalani hukuman mati, seperti yang telah mereka lakukan terhadap Juruselamat kita. Namun, tujuan sebenarnya adalah untuk menunjukkan bahwa anggur adalah minuman manis, dan karena itu harus digunakan bila diperlukan dan bukan dengan ceroboh, hanya oleh mereka yang membutuhkannya. Contohnya, Timotius yang dinasihati untuk minum anggur sedikit, hanya untuk pencernaannya yang terganggu dan tubuhnya yang lemah (1Tim. 5:23).
- 2. Ia harus berbuat baik dengan kekuasaan, pengetahuan, dan kepentingannya. Ia harus menjalankan keadilan dengan hati-hati, berani, dan penuh belas kasihan (ay. 8-9).
- (1) Ia harus bertanggung jawab atas perkara yang dipercayakan kepada para bawahannya di pengadilan, dan memeriksa apa yang dilakukan para hakim dan petugasnya, supaya ia dapat mendukung mereka yang melaksanakan kewajiban mereka, dan menyingkirkan mereka yang melalaikannya atau yang berat sebelah dalam menghakimi.
- (2) Dalam semua perkara yang dihadapinya, ia harus mengambil keputusan secara adil, dan tanpa takut kepada manusia, menjatuhkan hukuman dengan tegas sesuai keadilan: Bukalah mulutmu. Ini menunjukkan bahwa raja-raja dan para hakim memiliki kebebasan berbicara dalam menjatuhkan hukuman mereka. Ada yang mengamati bahwa hanya orang bijaklah yang pantas membuka mulut mereka, sebab orang bodoh senantiasa membuka mulut dan berkata-kata sesuka hati.
- (3) Ia terutama harus memandang diri sebagai orang yang wajib menjadi pelindung orang yang tertindas dan tidak bersalah. Para hakim yang ada di bawah raja mungkin tidak memiliki cukup semangat dan kelembutan untuk memberikan kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka. Oleh sebab itu, raja sendirilah yang harus menengahi dan tampil sebagai pembela,
- [1] Bagi mereka yang dengan cara tidak adil dituduh melakukan kejahatan besar, seperti yang dialami Nabot, yang dibinasakan dengan tuduhan itu guna memuaskan nafsu jahat seseorang atau pihak tertentu. Inilah sikap yang patut bagi seorang raja, yakni menyelamatkan darah orang yang tidak bersalah.
- [2] Bagi mereka yang diperlakukan dengan tidak adil sehingga hak mereka dilanggar, hanya karena mereka tertindas dan miskin dan tidak mampu membela diri karena tidak memiliki sarana untuk membayar seorang penasihat hukum. Dalam kasus-kasus seperti itu, raja juga harus menjadi pembela bagi orang miskin. Terutama,
- [3] Bagi mereka yang bisu dan tidak tahu bagaimana harus berbicara atas nama mereka sendiri, baik karena ada di pihak yang lemah atau takut, maupun karena kalah berbicara dengan penuntut, atau ketakutan menghadapi pengadilan. Sungguh sangat baik untuk berbicara atas nama orang-orang yang tidak mampu melakukannya sendiri, yang tidak memiliki kesanggupan untuk hadir di persidangan, tidak sanggup berbicara dengan fasih, atau yang diliputi ketakutan. Hukum kita menetapkan hakim untuk menjadi pembela bagi tertuduh.
SH: Ams 31:1-9 - Nasihat ibu bagi seorang raja (Kamis, 9 November 2000) Nasihat ibu bagi seorang raja
Seorang pemimpin yang bijaksana, adil, arif, dan benar menjadi
dambaan setiap orang yang dipimpinnya. Kehidupan s...
Nasihat ibu bagi seorang raja
Seorang pemimpin yang bijaksana, adil, arif, dan benar menjadi dambaan setiap orang yang dipimpinnya. Kehidupan seorang pemimpin yang demikian tak lepas dari berbagai pengaruh, pembentukan, nasihat dari orang-orang di sekitarnya. Demikian pula dengan Lemuel, raja Masa yang menjadi tumpuan harapan ibunya dan rakyat yang dipimpinnya. Oleh karena itu ibunya berpesan beberapa hal penting bagi Lemuel, dan selayaknya juga menjadi perhatian bagi setiap pemimpin segala zaman.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seorang pemimpin yang ingin berhasil adalah: Pertama, jangan dikuasai perempuan. Beberapa pemimpin yang dahulunya berhasil, kemudian rusak namanya karena seorang `perempuan' yang hadir dalam hidupnya, sehingga beritanya tersiar kemana-mana dan mempermalukan dirinya, keluarganya, dan orang-orang yang dipimpinnya. Menghadirkan seorang `perempuan' biasanya juga menjadi strategi seorang musuh yang paling jitu untuk menjatuhkan kedudukan lawannya. Waspadalah! Kedua, jangan dikuasai anggur, minuman keras, dan narkoba. Kecanduan membuat hilang pikiran sehat, mudah dipengaruhi, dan berumur pendek. Betapa ironisnya bila seorang pemimpin meninggal bukan karena memperjuangkan nama bangsa dan negaranya, namun karena berjuang mengatasi kecanduan dirinya sendiri terhadap obat-obatan dan minuman keras. Bagaimana ia dapat memimpin orang lain dengan baik bila gagal memimpin dirinya sendiri. Ketiga, adil terhadap yang tertindas. Hal ini biasanya diabaikan seorang pemimpin yang telah mendapatkan banyak dukungan. Ia melupakan hak orang lemah, orang miskin, dan orang tertindas. Mereka yang diabaikan haknya tidak akan tinggal diam, mereka mungkin mengadakan pemberontakan untuk menuntut keadilan.
Di negara kita banyak terjadi pemberontakan arus bawah yang diabaikan haknya, sehingga mereka mengadakan aksi menuntut keadilan. Hal ini pun dapat menggoyahkan pemerintahan seorang pemimpin. Namun seorang pemimpin yang berhasil adalah yang mampu mengendalikan dirinya terhadap segala godaan yang mengancam kedudukannya.
Renungkan: Mewaspadai diri dari segala godaan yang menghancurkan, adalah sikap pemimpin sejati.
SH: Ams 31:1-9 - Nasihat untuk pemimpin (Jumat, 23 November 2007) Nasihat untuk pemimpin
Perikop pendek ini merupakan kumpulan nasihat yang ditujukan kepada
seorang raja. Sebagai orang yang dipercaya memimpin s...
Nasihat untuk pemimpin
Perikop pendek ini merupakan kumpulan nasihat yang ditujukan kepada seorang raja. Sebagai orang yang dipercaya memimpin satu bangsa, dia harus bisa membuktikan diri mampu memimpin dirinya sendiri. Kita bisa bandingkan nasihat dari ibu Lemuel dengan nasihat Paulus mengenai syarat-syarat menjadi pemimpin gereja. Salah satu yang penting, sebelum dapat mengatur rumah tangga gereja, ia harus membuktikan diri lebih dahulu, cakap mengatur rumah tangganya sendiri (ayat 1Tim. 3:4-5; Tit. 1:6).
Yang pertama, hati-hati terhadap kelemahan pada umumnya pria, yaitu dosa seksual. Banyak pemimpin jatuh karena tidak mampu mengendalikan hawa nafsu seksualnya. Hal ini tidak boleh dipandang ringan. Apalagi masa sekarang, karena dosa seksual bisa menyerang tidak hanya secara eksplisit lewat perselingkuhan atau pelacuran, tetapi juga lewat realitas maya yang disajikan internet. Hidup yang diperbudak oleh nafsu seksual adalah sama dengan menyerahkan kendali pada keinginan daging bukan pada pimpinan Roh (band. Gal. 5:16-25).
Yang kedua, hati-hati terhadap minuman keras. Ini pada hakikatnya juga bicara mengenai pengendalian diri. Kalau pada yang pertama perbudakan seks bisa menjadi pengendali hidupnya, maka di sini tekanan diberikan kepada lepas kendali. Seorang yang dipercaya memimpin, entah suatu komunitas atau bahkan satu negara, diharapkan memiliki kesadaran diri yang tinggi karena tanggung jawab yang besar. Hal ini terlihat dari kontras yang diberikan, yaitu biarlah minuman keras untuk mereka yang memang hidupnya akan binasa, sudah tidak ada harapan. Melupakan diri mungkin satu-satunya penghiburan mereka.
Yang ketiga, dengan penguasaan dan pengendalian diri yang benar, seorang pemimpin akan mampu memberikan perhatian pada tugas-tugasnya secara maksimal, yakni membela dan melindungi rakyat dari penindasan orang-orang jahat. Apakah kita bisa jadi pemimpin yang baik?
SH: Ams 31:1-9 - Hikmat Seorang Pemimpin (Selasa, 15 Desember 2015) Hikmat Seorang Pemimpin
Nas hari ini merupakan nasihat seorang ibu kepada anaknya, yang adalah raja Lemuel. Sama seperti raja Agur yang memberikan Am...
Hikmat Seorang Pemimpin
Nas hari ini merupakan nasihat seorang ibu kepada anaknya, yang adalah raja Lemuel. Sama seperti raja Agur yang memberikan Amsal 30, raja Lemuel juga berasal dari Masa. Kita tidak tahu siapakah Lemuel yang merupakan raja Masa ini
Perempuan diciptakan oleh Allah sebagai penolong (Kej. 2:18). Ini berarti bahwa seorang isteri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap suaminya, karena ia akan menolong suaminya. Sayangnya, pengaruh isteri tidak selalu berdampak positif, melainkan cenderung negatif. Isteri-isteri Salomo merupakan contoh konkret bagaimana isteri-isteri dari raja yang paling berhikmat di seluruh bumi ini terjerumus pada kepada penyembahan berhala (1Raj. 11:1-8). Tidak heran apabila ibu Lemuel mengajarkan anaknya untuk tidak memberikan kekuatannya kepada seorang perempuan yang mampu membinasakan raja (3).
Selain itu, seorang raja seharusnya berhati-hati soal minum anggur. Masalahnya, ketika seseorang dipengaruhi oleh anggur, ia tidak dapat memberikan keputusan yang bijaksana. Sama halnya ketika raja minum anggur untuk kesenangan pribadi, ia akan mudah melupakan tugasnya yang mulia. Akibatnya, ia membuat pelbagai keputusan yang salah dan membengkokkan hak orang-orang yang tertindas (4-5).
Banyak orang miskin yang tidak punya harapan mengonsumsi minuman anggur untuk melupakan kesusahannya (6-7). Dalam hal ini, Lemuel dinasihati ibunya untuk tidak bertindak seperti orang-orang terlantar yang meratapi nasib mereka dengan anggur. Sebaliknya, ia harus bertindak sebagai seorang raja yang merupakan wakil Allah melindungi mereka yang lemah, yang bisu, dan merana dalam kerajaannya (8). Ia harus mampu mengambil keputusan secara adil terhadap mereka yang tertindas dan miskin (9), dan ia tidak dapat melakukannya jika di bawah pengaruh anggur.
Memberi kuasa kepada isteri yang tidak berhikmat dan kebiasaan minum anggur sering merupakan kelemahan seorang pemimpin, dan karenanya keduanya harus dihindari. [IT]
SH: Ams 31:1-9 - Ajaran bagi Pemimpin (Selasa, 30 Mei 2023) Ajaran bagi Pemimpin
Masihkah kita ingat semua ajaran orang tua kita? Bagi Raja Lemuel, ia tak hanya mengingat, tetapi juga menuliskannya. Inilah yan...
Ajaran bagi Pemimpin
Masihkah kita ingat semua ajaran orang tua kita? Bagi Raja Lemuel, ia tak hanya mengingat, tetapi juga menuliskannya. Inilah yang tertulis dalam nas hari ini.
Setidaknya ada tiga hal yang bisa kita dapatkan dari pengajaran ini. Pertama, perihal kekuatan sekaligus kelemahan pemimpin, yakni perempuan (3). Sang ibu mengingatkan bahwa ada begitu banyak raja yang jatuh oleh karena perempuan. Ia berharap agar anaknya tidak meletakkan kekuatannya pada perempuan karena itu akan menjadi kelemahannya juga.
Kedua, perihal kebiasaan yang bisa membawa kepada kelaliman (4-5). Kebiasaan minum anggur atau mabuk-mabukan dapat membuat raja menjadi lalim. Ia akan terjebak dalam kekuasaannya dan tidak lagi peduli kepada rakyat.
Ketiga, perihal tugas dan tanggung jawab seorang raja (6-9). Seorang raja harus penuh kasih dan hikmat, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Demikianlah pengajaran yang diterima Raja Lemuel dari ibunya tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menyadari kekuatan sekaligus kelemahannya, sehingga ia mampu menguasai diri dan berintegritas.
Firman Tuhan ini bukan hanya untuk raja ataupun pemimpin negara. Kita semua bisa dipercayakan oleh Allah untuk menjadi pemimpin. Ada yang menjadi pemimpin keluarga, pemimpin di tempat kerja, pemimpin di tengah masyarakat, maupun pemimpin komunitas iman. Semuanya perlu menerapkan apa yang sudah diajarkan Allah melalui firman-Nya.
Allah tidak hanya mengajar kita dengan berbagai teori tentang kepemimpinan. Ia juga mengajar kita melalui keberhasilan dan kegagalan para raja dan pemimpin pilihan-Nya. Keberhasilan menjadi motivasi bagi kita, sedangkan kegagalan menjadi peringatan penting bagi kita.
Jadilah pemimpin yang takut akan Allah, penuh kasih, dan berintegritas. Sandarkanlah kekuatan kita kepada Allah, kuasailah diri, dan jadilah pemimpin yang berhikmat, maka Ia akan terus memimpin dan menyertai kita sampai akhir. [MAR]
SH: Ams 31:1-9 - Pentingnya Pemimpin yang Disiplin (Jumat, 8 September 2023) Pentingnya Pemimpin yang Disiplin
Kesejahteraan suatu kerajaan sangat bergantung pada kepemimpinan rajanya. Karena itu, seorang raja harus memimpin d...
Pentingnya Pemimpin yang Disiplin
Kesejahteraan suatu kerajaan sangat bergantung pada kepemimpinan rajanya. Karena itu, seorang raja harus memimpin dengan benar.
Ibu Lemuel, raja Masa, memberikan nasihat supaya anaknya bisa menjadi seorang raja yang baik. Lemuel sangat penting karena ia adalah anak nazar (2). Dia tentu anak yang sangat diharapkan. Sang raja diminta menjauhkan diri dari perempuan-perempuan yang membinasakan raja (3). Raja juga tidak boleh terus minum anggur dan mengabaikan tugas memimpin rakyatnya dengan adil (4-5). Rakyat bisa minum untuk menghilangkan kesedihannya, tetapi seorang raja tidak seharusnya demikian karena raja memiliki tanggung jawab yang besar (6-7). Raja harus memakai mulutnya untuk membela hak semua orang yang merana, dan memberikan keputusan yang adil kepada semua orang yang tertindas dan haknya terabaikan (8-9).
Raja dalam dunia kuno merupakan hakim yang tertinggi, karena itu, raja harus memerintah dan memberikan keputusan yang adil bagi rakyatnya, terutama bagi yang miskin dan tertindas. Supaya dapat memerintah dengan adil, raja harus disiplin dan tidak boleh menghabiskan kekuatannya dengan perempuan, terutama jika sampai membuat raja mengabaikan tugasnya. Raja juga harus berdisiplin dengan tidak menghabiskan waktunya dengan minum anggur yang memabukkan sehingga membuat raja tidak mampu lagi mengambil keputusan bagi rakyatnya dengan kesadaran dan kebijaksanaannya.
Prinsip disiplin dalam memimpin juga sangat penting bagi setiap pemimpin masa kini. Kesejahteraan banyak orang sangat bergantung pada keputusan seorang pemimpin. Karena itu, pemimpin yang baik harus disiplin terhadap kesenangannya. Bukan berarti seorang pemimpin tidak boleh menikmati kesenangan, tetapi supaya ia melakukan tugas besarnya dengan bertanggung jawab. Ia harus hidup lebih disiplin dari kebanyakan orang.
Marilah kita terus belajar berdisiplin dengan baik supaya dapat melakukan tugas kepemimpinan kita dengan penuh tanggung jawab. [INT]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.